Hampir 10 Tahun,
Aliyah Senori Matisuri

Kesadaran
untuk kembali melanjutkan pendidikan
Aliyah terjadi pada tahun 1981. MA pereode ke II baru bangkit dari tidur
lelap setelah suasana menjadi lebih tenang, tepatnya pada 1 Juni 1981, saat
penerimaan siswa baru tahun tersebut pengurus madrasah telah membuka
pendaftaran baru bagi siswa tingkat
lanjutan atau Aliyah dengan penuh
tanggung jawab. KH. In’am Husnan, BA
dipercaya sebagai nahkodanya
Meski pelajaran muatan local masih mendominasi
pelajaran yang diajarkan di MA, Pak In’am, demikian beliau biasa disapa,
mencoba memasukkan pelajaran-pelajaran kurikulum pemerintah, hal itu bertujuan
agar siswa kelas 3 nantinya dapat mengikuti ujian persamaan dan mendapatkan
ijazah formal dari pemerintah disamping ijazah local yang didapat dari LP. Ma’arif
dan pengurus MIS sendiri.
Selanjutnya tahun 1994 kendali MA beralih ke tangan
KH. Abd. Syukur Suyitno, masa peralihan ini dimanfaatkan Pak Syukur untuk
menata dan melanjutkan program MA
sebelumnya lebih transparan, dibantu tenaga administrasi, beliau mulai
menertibkan administrasi kantor dan manajemen keuangan serta mengaktifkan peran
siswa melalui OSIS. Pada masa itu kali pertama majalah dinding dibuat dan
dikelola, majalah dinding 2x1 meter yang
diberi nama “Al Hikmah” tersebut menampung kreasi-kreasi tulis siswa yang
diterbitkan dwi mingguan.
Pada tahun 1997 atas
inisiatif H. Mas’udi Shodiq, lembaga pendidikan di bawah naungan
pengurus MIS mulai diupayakan berbadan hukum beralih menjadi yayasan. Sejak
itulah tidak terkecuali MAIS berada dalam naungan yayasan baru ”Sunnatunnur”.
Bila pada awal berdirinya MAIS jilid II. Mengikuti
ujian akhir di MAN Tuban, tidak demikian pada masa kepemimpinan
KH. Abd. Syukur Suyitno, MAIS mulai dapat menyelenggarakan ujian nasional
di gedung sendiri bahkan MA-MA di kecamata Singgahan, Bangilan dan Jatirogo
turut bergabung di gedung MAIS tersebut,
saat itu MAIS dipercaya Depag (nama sebelum beralih menjadi Departemen
Kementrian Agama) untuk menjadi penyelenggara UNAS Tuban selatan dengan sebutan
Rayon Senori. Hampir 8 tahun KH. Syukur Suyitno memimpin MAIS,
selanjutnya pada tahun 2002 pengurus yayasan mengamanatkan kepada KH. Mawahib
Suyuthi untuk mengendalikan Aliyah,
pelan tapi pasti menantu KH. Abdul Ghofur, pengasuh pondok pesantren Mansya’ul
Huda 1 ini melakukan rekontruksi manajerial MAIS, dibantu Drs. Gatot Utuh
Santoso selaku waka kesiswaan dan K. Fathoni Muhson, waka kurikulum, sepakata
menerapkan disiplin madrasah, terlebih sejak yayasan menerbitkan aturan dan
tata tertib madrasah , MAIS mencoba melopori merealisasikannya. Beberapa sanksi
diterapkan untuk membentuk karakter siswa dan meminimalisir tingkah negative
siswa, seperti ngeblong jam pelajaran,
bolos, maupun kerapian siswa.
Perubahan signifikan juga terjadi pada saat itu,
kegiatan ektrakurikuler mulai mendapat perhatian khusus, anak –anak seperti
diberi darah segar untuk berkreasi dan beraktivitas, bulletin madrasah juga
diterbitkan untuk mendampingi majalah dinding yang ada. Prestasi akademik juga
mulai diraih, rata-rata mapel peserta UNAS (sebutan sebelum UN) selalu
menempati 10 besar Kabupaten Tuban.
Mengukir Prestasi
MAIS mulai
menampakkan taringnya prestasi nonmapel saat Zainab (kini istri pak Joe, waka kesiswaan) dengan “ Living in Harmony menempatkan namanya sebagai juara 1 pidato bahasa
Inggris dalam Hari Amal Bakti (HAB) Depag tahun 2005, dan Jasmani (saat itu ketua OSIS) sebagai juara 1 lomba
pidato Bahasa Arab pada even yang sama dengan judul “ Bainal Haq Wal Bathil.
Prestasi demi prestasi telah diraihnya mendorong MA
untuk melengkapi jurusan yang ada, IPS yang selama ini ada dipandang butuh teman berkompetisi, salah satunya harus
mendirikan jurusan baru, akhirnya KH. Mawahib
Suyuthi selaku kepala Madrasah mengamanatkan kepada pak Jauhari Fahmi untuk membantu
mendesainnya, berbekal pengalaman di pondok pesantren Darussalam Gontor, Pak Joe,
sapaan akrapnya memilih bahasa sebagai jurusan
alternative.
Pada awal berdirinya jurusan bahasa di format istimewa
tidak layaknya sebuah jurusan, ia hadir terkesan sebagai sekolah unggulan,
matapelajaran dan pengelolaan diadopsi
dari pondok modern Gontor, siswa diasramakan dengan pengajaran full day,
percakapan harian menggunakan bahasa arab dan inggris. Perlakuan istimewa
tersebut seperti telah menggeser
perhatian terhadap kakak tertuanya
jurusan IPS.
Dua tahun berikutnya dilakukan review terhadap
pengelolaan jurusan bahasa, hingga akhirnya dicari jalan tengah, seimbang dalam
perhatian dan pengelolaan. Hanya karena didesain untuk menjadi jurusan
unggulan, jurusan bahasa dengan matapelajaran tertentu tetap dipertahankan .
Di akhir jabatnnya H. Mawabib, biasa beliau dipanggil,
juga mendirikan jurusan IPA, tidak seperti pendirian jurusan bahasa yang cukup
fantastic, kelahiran IPA disambut secara sederhana, mungkin karena keterbatasan
pengalaman dalam bidang IPTEK untuk mengelola IPA.
Namun kelahirannya tetap menjadi tumpuan MAIS ke depan lebih dapat bersaing seperti kedua
kakak kandungnya IPS dan Bahasa.
Dua periode KH. Mawahib Suyuthi memimpin Aliyah,
selanjutnya MA diamanatkan kepada KH. Mudjammik, A. Md. Tepatnya pada tahun Juli
2008
Dengan moto “ selalu ada yang baru dari Aliyah
Senori”, administrator yang juga aktif dibeberapa organisasi keagamaan dan sosial
ini merekontruksi total manajemen Aliyah. Hal itu dilakukan untuk lebih memantapkan administrasi madrasah
secara proporsional. Tertib administrasi adalah cita-cita Pak Djamik, panggilan
harian beliau, tiap kali memimpin
organisasi dengan manajemen dan
administrasi yang baik perkembangan madrasah akan lebih mudah diraih.
Dibantu Ibu Faridatul Aliyah, S.Ag sebagai waka
kurikulum dan Bapak Jauhari Fahmi selaku waka kesiswaan, saling membahu
berusaha mewujudkan MAIS lebih baik
lagi. Keinginan yayasan tahun
2009 sebagai tahun prestasi juga ditangkap positif oleh mereka. Diawali dengan ditunjuknya siswa MAIS untuk mengikuti lomba porseni MA Se Jatim di
Kediri, mampu menempatkan satu wakil MA
Senori sebagai nominator 5 pencerita terbaik se Jatim.
Dilanjutkan dengan prestasi akademik siswa MAIS dalam
olimpiode mapel yang diselenggarakan KKM
se eks Karisidenan Bojonegoro, dapat menempatkan wakil siswa MA, sebagai juara
3 mapel Matematika yang diikuti lebih
dari tiga ratus peserta Tingkat SLTA dari Kabupaten Tuban, Bojonegoro dan
Lamongan.
Tradisi memborong trofi dalam tiap even Hari Amal
Bakti (HAB) Depag Tuban sudah dirasakan sejak MAIS dipimpin KH. Mawahib
Suyuthi. Pada HAB Depag Kabupaten Tuban tahun 2009 lalu. MAIS kembali
menunjukkan eksistensinya sebagai Madrasah dengan segudang prestasi.
Yang lebih menghebohkan lagi, setelah harian Jawa Pos melansir hasil peserta UN
SMA/MA se- Jatim, menempatkan MA Islamiyah Tuban (baca: Senori) sebagai peraih
rata-rata NUN tertinggi se- Jawa Timur untuk jurusan bahasa, seakan telah mengukuhkan
MAIS sebagai sekolah desa yang patut diperhitungkan ditingkat Jawa Timur,
terlebih setelah profil M. Ali Mu’thi ditulis Radar Bojonegoro sebagai peraih 3
besar NUN tertinggi se-Jatim, seakan tak habis memperbincangkan MA.Islamiyah
Senori . Komplet sudah ketika pada
Haflah akhirussannah secara khusus Departemen Kementrian Agama Kabupaten Tuban
memberi penghargaan trophy kepada MA. Islamiyah Senori yang turut membawa harum
Kabupaten Tuban.
Selanjutnya pada olimpiade ke-2
mapel UN yang diselenggarakan oleh MKK Se karwil Bojonegoro tahun 20011
meliputi Tuban, Bojonegoro, dan Lamongan yang diselenggarakan di MAN Lamongan ,
perwakilan MA. Islamiyah meraih 7 tropy sekaligus dari 1 tropi pada even yang
sama tahun sebelumnya . Juara 1 Antropologi oleh Nur Ida-XII bahasa, juara 2 Matematika diraih Nuryanti Rosyida XIIC-IPS,
juara 2 Sosiologi atas nama Sholihatun XIID-IPS, Selanjutnya juara
3 Matematika oleh Fatimatul Nur Zairoh XII-bahasa, sementara Ubaid Aisyul Hana.
XII jurusan bahasa menempati peringkat
harapan 2. Juara 3 Bahasa Inggris diraih
Eviana XII-bahasa, dan harapan 1 geografi oleh Ima Humairo
XIIC-IPS.
Dalam even Qiroatul Kutub Kapontren Kemenag Jawa Timur.
Aliyah Senori juga berhasil mewakili Kemenag Tuban menjadi duta untuk
cabang lomba debat bahasa Arab putra dan putri, meski hanya sebagai juara harapan 2 putri dan 3 putra.
Dalam Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2011/12, Jamilatul
Lailia( Jurusan Bahasa) juga dinobatkan sebagai peraih rata-rata Nilai Akhir
(NA) Ujian Nasional tingkat MA/MAN di
lingkungan Kemenag Jawa Timur sebagai peraih NA-NUN tertinggi program bahasa.
Adapun pada HAB Depag akhir tahun 2011 kemarin juga siswa-siswa
MAIS mampu mengulang mengoleksi banyak piala baik pada lomba debat maupun
pidato arab-inggris serta mapel UN. Yang tak kalah prestasinya saat mengikuti lomba penulisan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) oleh Ronggolawe Press Solidarity Tuban, 15 November
2011, Siti Nur Alfiana Wulandari (X
bahasa) berhasil meraih juara 1 hingga berhak mendapatkan tabanas 1.5 juta dan Millatun Nafi’ah (XII bahasa) juara 3 lomba fotografi dengan tabanas 750 ribu rupiah pada lomba yang
digelar dalam rangka hari jadi Kabupaten Tuban ke-718.
Selanjutnya pada penghujung tahun 2011 tepatnya pada
27 Desember 2011, siswa MAIS berhasil menyapu bersih juara penulisan karya tulis
ilmiyah yang diadakan oleh LSM Barokah Tuban. Aqidatul Izza Zain, juara 1, St.
Zahrotul Afidah juara 2. Dan juara 3 diraih oleh Siti Nur Alfiana Wulandari, ketiganya adalah siswa
kelas X bahasa.
Fasilitas
MA Islamiyah
Kini MAIS memiliki 20 ruang belajar, dengan 40 guru
mapel, 1 guru BP dan 3 tenaga administrasi/TU, 1 ruang guru dan TU, 1 ruang BP,
1 ruang perpustakaan/ laboratorium IPA, 1
ruang OSIS, 1 kamar kecil untuk guru dan
4 untuk siswa. Selanjutnya 1 ruang
laboratorium bahasa dan 1 ruang laboratorium computer, 2 unit drum band milik yayasan untuk bersama.
semoga MI, MTs danMA SUNNATUNNUR SENORI selalu jaya dan sukses membina dan mendidik masyarakat yang ada, selalun mengedepankan Akhlaqul Karimah sehingga dapat menjadi output yang unggul.. Insya Allah..
BalasHapusBy : Muhammad Sholikhul Amin (jojogan singgahan tuban)
semoga MI, MTs dan MA SUNNATUNNUR SENORI selalu jaya dan sukses dalam membina dan mendidik masyarakat yang ada, selalun mengedepankan Akhlaqul Karimah sehingga dapat menjadi output yang unggul karena : Akhlak mulia adalah cerminan dari tauhid dan keimanan seseorang. Rasulullah saw bersabda;
BalasHapusأَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Sesempurna sempurna iman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya. (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).. Insya Allah..
By : Muhammad Sholikhul Amin (jojogan singgahan tuban)