Senin, 16 Juli 2012

Hampir 10 Tahun, Aliyah Senori Matisuri
 

Seperti yang ditulis  Gem@s edisi 2 sebelumnya. Sejak berdiri 40 tahun lalu, tepatnya tahun 1970, eksistensi Aliyah Senori yang biasa disingkat MAIS telah mengalami pasang surut yang cukup dramatis. Iklim politik yang terjadi menjelang Pemilihan Umum pertama tahun 1971 itu, terpaksa menyeret sebagian guru Aliyah harus terjun ke panggung politik praktis, Fanatisme partai dianggap menjadi salah satu pemicu keretakan antar pengelola Aliyah, siswa dan masyarakat, kondisi masyarakat yang masih sensitive  memiliki andil besar atas gugurnya janin Aliyah saat itu. proses pembelajaran mengalami  stagnan, dan akhirnya mati suri. Hal itu terjadi hampir 10  tahun.
Kesadaran untuk kembali melanjutkan pendidikan  Aliyah terjadi pada tahun 1981. MA pereode ke II baru bangkit dari tidur lelap setelah suasana menjadi lebih tenang, tepatnya pada 1 Juni 1981, saat penerimaan siswa baru tahun tersebut pengurus madrasah telah membuka pendaftaran baru bagi siswa  tingkat lanjutan  atau Aliyah dengan penuh tanggung jawab.  KH. In’am Husnan, BA dipercaya sebagai nahkodanya
Meski pelajaran muatan local masih mendominasi pelajaran yang diajarkan di MA, Pak In’am, demikian beliau biasa disapa, mencoba memasukkan pelajaran-pelajaran kurikulum pemerintah, hal itu bertujuan agar siswa kelas 3 nantinya dapat mengikuti ujian persamaan dan mendapatkan ijazah formal dari pemerintah disamping ijazah local yang didapat dari LP. Ma’arif dan pengurus MIS sendiri.
Selanjutnya tahun 1994 kendali MA beralih ke tangan KH. Abd. Syukur Suyitno, masa peralihan ini dimanfaatkan Pak Syukur untuk menata dan melanjutkan program  MA sebelumnya lebih transparan, dibantu tenaga administrasi, beliau mulai menertibkan administrasi kantor dan manajemen keuangan serta mengaktifkan peran siswa melalui OSIS. Pada masa itu kali pertama majalah dinding dibuat dan dikelola, majalah dinding 2x1 meter  yang diberi nama “Al Hikmah” tersebut menampung kreasi-kreasi tulis siswa yang diterbitkan dwi mingguan.
Pada tahun 1997 atas  inisiatif H. Mas’udi Shodiq, lembaga pendidikan di bawah naungan pengurus MIS mulai diupayakan berbadan hukum beralih menjadi yayasan. Sejak itulah tidak terkecuali MAIS berada dalam naungan  yayasan baru ”Sunnatunnur”.
Bila pada awal berdirinya MAIS jilid II. Mengikuti ujian akhir di MAN Tuban, tidak demikian pada masa  kepemimpinan  KH. Abd. Syukur Suyitno, MAIS mulai dapat menyelenggarakan ujian nasional di gedung sendiri bahkan MA-MA di kecamata Singgahan, Bangilan dan Jatirogo turut bergabung di  gedung MAIS tersebut, saat itu MAIS dipercaya Depag (nama sebelum beralih menjadi Departemen Kementrian Agama) untuk menjadi penyelenggara UNAS Tuban selatan dengan sebutan Rayon Senori.  Hampir 8  tahun KH. Syukur Suyitno memimpin MAIS, selanjutnya pada tahun 2002 pengurus yayasan mengamanatkan kepada KH. Mawahib Suyuthi untuk mengendalikan  Aliyah, pelan tapi pasti menantu KH. Abdul Ghofur, pengasuh pondok pesantren Mansya’ul Huda 1 ini melakukan rekontruksi manajerial MAIS, dibantu Drs. Gatot Utuh Santoso selaku waka kesiswaan dan K. Fathoni Muhson, waka kurikulum, sepakata menerapkan disiplin madrasah, terlebih sejak yayasan menerbitkan aturan dan tata tertib madrasah , MAIS mencoba melopori merealisasikannya. Beberapa sanksi diterapkan untuk membentuk karakter siswa dan meminimalisir tingkah negative siswa, seperti ngeblong  jam pelajaran, bolos, maupun kerapian siswa.
Perubahan signifikan juga terjadi pada saat itu, kegiatan ektrakurikuler mulai mendapat perhatian khusus, anak –anak seperti diberi darah segar untuk berkreasi dan beraktivitas, bulletin madrasah juga diterbitkan untuk mendampingi majalah dinding yang ada. Prestasi akademik juga mulai diraih, rata-rata mapel peserta UNAS (sebutan sebelum UN) selalu menempati 10 besar Kabupaten Tuban.

Mengukir Prestasi
 MAIS mulai menampakkan taringnya prestasi nonmapel saat Zainab  (kini istri pak Joe, waka kesiswaan) dengan “ Living in Harmony menempatkan namanya sebagai juara 1 pidato bahasa Inggris dalam Hari Amal Bakti (HAB) Depag tahun 2005, dan Jasmani (saat itu ketua OSIS) sebagai juara 1 lomba pidato Bahasa Arab pada even yang sama dengan judul “ Bainal Haq Wal Bathil.
Prestasi demi prestasi telah diraihnya mendorong MA untuk melengkapi jurusan yang ada, IPS yang selama ini ada dipandang  butuh teman berkompetisi, salah satunya harus mendirikan jurusan baru, akhirnya KH. Mawahib  Suyuthi selaku kepala Madrasah mengamanatkan kepada  pak Jauhari Fahmi untuk membantu mendesainnya, berbekal pengalaman di pondok pesantren Darussalam Gontor, Pak Joe, sapaan akrapnya memilih bahasa sebagai jurusan  alternative.
Pada awal berdirinya jurusan bahasa di format istimewa tidak layaknya sebuah jurusan, ia hadir terkesan sebagai sekolah unggulan, matapelajaran dan pengelolaan  diadopsi dari pondok modern Gontor, siswa diasramakan dengan pengajaran full day, percakapan harian menggunakan bahasa arab dan inggris. Perlakuan istimewa tersebut  seperti telah menggeser perhatian terhadap  kakak tertuanya jurusan IPS.
Dua tahun berikutnya dilakukan review terhadap pengelolaan jurusan bahasa, hingga akhirnya dicari jalan tengah, seimbang dalam perhatian dan pengelolaan. Hanya karena didesain untuk menjadi jurusan unggulan, jurusan bahasa dengan matapelajaran tertentu tetap dipertahankan .
Di akhir jabatnnya H. Mawabib, biasa beliau dipanggil, juga mendirikan jurusan IPA, tidak seperti pendirian jurusan bahasa yang cukup fantastic, kelahiran IPA disambut secara sederhana, mungkin karena keterbatasan pengalaman dalam bidang IPTEK untuk mengelola IPA.
 
                                Namun kelahirannya tetap menjadi tumpuan MAIS  ke depan lebih dapat bersaing seperti kedua kakak kandungnya IPS dan Bahasa.
Dua periode KH. Mawahib Suyuthi memimpin Aliyah, selanjutnya MA diamanatkan kepada KH. Mudjammik, A. Md. Tepatnya pada tahun Juli 2008
Dengan moto “ selalu ada yang baru dari Aliyah Senori”, administrator yang juga aktif dibeberapa organisasi keagamaan dan sosial ini merekontruksi total manajemen Aliyah. Hal itu dilakukan  untuk lebih memantapkan administrasi madrasah secara proporsional. Tertib administrasi adalah cita-cita Pak Djamik, panggilan harian beliau,  tiap kali memimpin organisasi  dengan manajemen dan administrasi yang baik perkembangan madrasah akan lebih mudah diraih.
Dibantu Ibu Faridatul Aliyah, S.Ag sebagai waka kurikulum dan Bapak Jauhari Fahmi selaku waka kesiswaan, saling membahu berusaha mewujudkan MAIS lebih baik  lagi. Keinginan  yayasan tahun 2009 sebagai tahun prestasi juga ditangkap positif oleh mereka. Diawali  dengan ditunjuknya siswa MAIS  untuk mengikuti lomba porseni MA Se Jatim di Kediri, mampu menempatkan  satu wakil MA Senori sebagai nominator 5 pencerita terbaik se Jatim.
Dilanjutkan dengan prestasi akademik siswa MAIS dalam olimpiode mapel  yang diselenggarakan KKM se eks Karisidenan Bojonegoro, dapat menempatkan wakil siswa MA, sebagai juara 3 mapel Matematika  yang diikuti lebih dari tiga ratus peserta Tingkat SLTA dari Kabupaten Tuban, Bojonegoro dan Lamongan.
Tradisi memborong trofi dalam tiap even Hari Amal Bakti (HAB) Depag Tuban sudah dirasakan sejak MAIS dipimpin KH. Mawahib Suyuthi. Pada HAB Depag Kabupaten Tuban tahun 2009 lalu. MAIS kembali menunjukkan eksistensinya sebagai Madrasah dengan segudang prestasi.
Yang lebih menghebohkan lagi, setelah  harian Jawa Pos melansir hasil peserta UN SMA/MA se- Jatim, menempatkan MA Islamiyah Tuban (baca: Senori) sebagai peraih rata-rata NUN tertinggi se- Jawa Timur untuk jurusan bahasa, seakan telah mengukuhkan MAIS sebagai sekolah desa yang patut diperhitungkan ditingkat Jawa Timur, terlebih setelah profil M. Ali Mu’thi ditulis Radar Bojonegoro sebagai peraih 3 besar NUN tertinggi se-Jatim, seakan tak habis memperbincangkan MA.Islamiyah Senori . Komplet sudah  ketika pada Haflah akhirussannah secara khusus Departemen Kementrian Agama Kabupaten Tuban memberi penghargaan trophy kepada MA. Islamiyah Senori yang turut membawa harum Kabupaten Tuban.
Selanjutnya pada olimpiade ke-2 mapel UN yang diselenggarakan oleh MKK Se karwil Bojonegoro tahun 20011 meliputi Tuban, Bojonegoro, dan Lamongan yang diselenggarakan di MAN Lamongan , perwakilan MA. Islamiyah meraih 7 tropy sekaligus dari 1 tropi pada even yang sama tahun sebelumnya . Juara 1 Antropologi oleh Nur Ida-XII bahasa, juara 2 Matematika diraih Nuryanti Rosyida XIIC-IPS,


 juara 2 Sosiologi atas nama Sholihatun XIID-IPS, Selanjutnya juara 3 Matematika oleh Fatimatul Nur Zairoh XII-bahasa, sementara Ubaid Aisyul Hana. XII  jurusan bahasa menempati peringkat harapan 2. Juara 3 Bahasa Inggris diraih  Eviana XII-bahasa, dan harapan 1 geografi oleh Ima Humairo XIIC-IPS.
Dalam even Qiroatul Kutub Kapontren Kemenag  Jawa Timur.  Aliyah Senori juga berhasil mewakili Kemenag Tuban menjadi duta untuk cabang lomba debat bahasa Arab putra dan putri, meski hanya sebagai juara  harapan 2 putri dan 3 putra.
Dalam Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2011/12, Jamilatul Lailia( Jurusan Bahasa) juga dinobatkan sebagai peraih rata-rata Nilai Akhir (NA) Ujian Nasional  tingkat MA/MAN di lingkungan Kemenag Jawa Timur sebagai peraih NA-NUN tertinggi program bahasa.
Adapun pada HAB Depag akhir tahun 2011 kemarin juga siswa-siswa MAIS mampu mengulang mengoleksi banyak piala baik pada lomba debat maupun pidato arab-inggris serta mapel UN. Yang tak kalah  prestasinya saat mengikuti lomba penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) oleh Ronggolawe Press Solidarity Tuban, 15 November 2011, Siti  Nur Alfiana Wulandari (X bahasa) berhasil meraih juara 1 hingga berhak mendapatkan tabanas 1.5 juta dan  Millatun Nafi’ah  (XII bahasa) juara 3 lomba fotografi dengan  tabanas 750 ribu rupiah pada lomba yang digelar dalam rangka hari jadi Kabupaten Tuban ke-718.
Selanjutnya pada penghujung tahun 2011 tepatnya pada 27 Desember 2011, siswa MAIS berhasil menyapu bersih juara penulisan karya tulis ilmiyah yang diadakan oleh LSM Barokah Tuban. Aqidatul Izza Zain, juara 1, St. Zahrotul Afidah juara 2. Dan juara 3 diraih oleh Siti  Nur Alfiana Wulandari, ketiganya adalah siswa kelas X bahasa.

Fasilitas MA Islamiyah
Kini MAIS memiliki 20 ruang belajar, dengan 40 guru mapel, 1 guru BP dan 3 tenaga administrasi/TU, 1 ruang guru dan TU, 1 ruang BP, 1 ruang perpustakaan/ laboratorium IPA,  1 ruang OSIS, 1 kamar  kecil untuk guru dan 4 untuk siswa. Selanjutnya  1 ruang laboratorium bahasa dan 1 ruang laboratorium computer,  2 unit drum band milik yayasan untuk bersama.

2 komentar:

  1. semoga MI, MTs danMA SUNNATUNNUR SENORI selalu jaya dan sukses membina dan mendidik masyarakat yang ada, selalun mengedepankan Akhlaqul Karimah sehingga dapat menjadi output yang unggul.. Insya Allah..

    By : Muhammad Sholikhul Amin (jojogan singgahan tuban)

    BalasHapus
  2. semoga MI, MTs dan MA SUNNATUNNUR SENORI selalu jaya dan sukses dalam membina dan mendidik masyarakat yang ada, selalun mengedepankan Akhlaqul Karimah sehingga dapat menjadi output yang unggul karena : Akhlak mulia adalah cerminan dari tauhid dan keimanan seseorang. Rasulullah saw bersabda;
    أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
    Sesempurna sempurna iman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya. (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi).. Insya Allah..

    By : Muhammad Sholikhul Amin (jojogan singgahan tuban)

    BalasHapus

Copyright © 2012 Fatchul Ahmad Inspiration