Selasa, 24 November 2015



Profil:
MA Islamiyah Jatisari Senori Tuban
Eksistensi Madrasah Aliyah (MA) Islamiyah Senori yang biasa disingkat MAIS telah mengalami pasang surut yang cukup dramatis. Berbekal keinginan sebagian besar siswa tamatan Madrasah Tsanawiyah (MTs) untuk mendapatkan pendidikan lanjutan mendorong pengurus Madrasah Islamiyah (MIS) pada tahun 1971  mendirikan Madarasah Aliyah.
KH. Masyhuri selaku Pengurus Madrasah Islaimiyah (MIS) saat itu yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Senori memberi restu pada para tamatan MTs  untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Aliyah (baca: MA) . Dengan menempati gedung madrasah yang berada di selatan masjid jamik Raudotus Sholihin Senori (kini ditempati MTs Banin/Banat) kali pertama para siswa MA angkatan pertama merasakan pendidikan setingkat menengah atas (SLTA) para dewan asatidnya juga tidak tanggung-tanggung mereka adalah para Muassis (pendiri)  MIS dan para intelektual muda Senori lainnya.
Namun sayang, iklim politik yang terjadi pada tahun 1970-an  mengakibatkan proses pembelajaran MA Islamiyah yang terletak di jalan K. Djoned 62 Jatisaeri Senori ini  mengalami  stagnan, proses pembelajaran yang seharusnya berjalan normal terbengkalai akibat siswa maupun guru disibukkan oleh urusan politik praktis sehingga menimbulkan pro dan kontra di antara mereka yang berdampak pada berhentinya proses pembelajaran. Selama hampir 10 tahun pembelajaran di MA Islamiyah Senori akhirnya berhenti total, baru pada  1 Juni 1981 MA Islamiyah jilid II kembali dirintis secara formal.
Bila pada pendidikan MA Periode  pertama  telah mengalami premature tidak demikian dengan pereode kedua ini, melalui tangan dingin H. In’am Husnan, B.A. yang ditunjuk pengurus MIS merekontruksi MAIS, merancang MA lebih serius dan rapi dengan program pembelajaran yang jelas. Meski pelajaran muatan lokal masih mendominasi pelajaran yang diajarkan di MA, Pak In’am, demikian kepala MA pertamau biasa disapa, mencoba memasukkan pelajaran-pelajaran kurikulum pemerintah, hal itu bertujuan agar siswa kelas 3 nantinya dapat mengikuti ujian persamaan dan mendapatkan ijazah formal dari pemerintah di samping ijazah lokal yang didapat dari LP. Ma’arif dan pengurus MIS sendiri.
Selanjutnya tahun 1990 kendali MA beralih ke tangan KH. Abd. Syukur Suyitno, B.A., masa peralihan ini dimanfaatkan Pak Syukur yang tak lain pengasuh pondok pesantren Al Hidayah Putri Sendang untuk menata dan melanjutkan program  MA sebelumnya lebih transparan, dibantu tenaga administrator yang berpengalaman, beliau mulai menertibkan administrasi kantor dan managemen keuangan serta mengaktifkan peran siswa melalui OSIS. Pada masa itu kali pertama Majalah Dinding (mading) dibuat dan dikelola, mading 2x1 meter  yang diberi nama “Al—Hikmah” diletakkan menempel  dinding depan kantor  MA yang kini ruang MTs Banin. Mading ini, menampung kreasi-kreasi tulis siswa yang diterbitkan dwi mingguan.


Membentuk Yayasan

Pada tahun 1997 atas  inisiatif  ketua Pengurus MIS, H. Mas’udi Shodiq, lembaga pendidikan di bawah naungan pengurus MIS mulai diupayakan berbadan hukum. Peralihan dari pengurus MIS menjadi yayasan MIS dimaksudkan agar  keberadaan lembaga yang selama ini dikelalola lebih jelas dan legal formal.
 Selanjutnya pemberian nama lembaga sempat menjadi tema rapat yang menarik, berbagai nama sempat disodorkan. Namun akhirnya disepakati nama “Sunnatunnur” menjadi nama yayasan hingga sekarang. Nama Sunnatunnur kali pertama diusulkan oleh KH. Fathoni Thohir, beliau adalah putra  KH Thohir Leran Senori yang merupakan salah satu Kyai dari sekian Kyai pendiri Madrasah Islamiyah Senori, menurutnya Kecamatan  Senori berasal dari kata “Sunnatunnuri”. Maka “Sunnatunnur” identik dengan nama Senori itu sendiri.
Sejak itulah tidak terkecuali MAIS berada dalam naungan  yayasan baru ”Sunnatunnur”, sebagai pencatat akte dipercayakan notaris senior Nurul Yaqin Tuban dengan  nomor regester 52.
Bila pada  awal berdirinya MAIS mengikuti Ujian Akhir Nasional (Unas) di MAN Tuban, tidak demikian pada masa  kepemimpinan  KH. Abd. Syukur Suyitno, B.A., sejak tahun 1990, MAIS mulai dapat menyelenggarakan ujian nasional di gedung sendiri bahkan MA-MA di Kecamata Singgahan, Bangilan dan Jatirogo turut bergabung di  gedung MAIS tersebut, saat itu MAIS dipercaya Depag (nama sebelum beralih menjadi Kementrian Agama) untuk menjadi penyelenggara UNAS Tuban Selatan dengan sebutan Rayon Senori.
 Hampir 12 tahun KH. Syukur Suyitno, B.A. memimpin MAIS, selanjutnya pada tahun 2002 pengurus yayasan mengamanatkan kepada KH. Mawahib Suyuthi untuk mengendalikan  Aliyah, pelan tapi pasti menantu KH. Abdul Ghofur, pengasuh pondok pesantren Mansya’ul Huda 1 ini melakukan rekontruksi managerial MAIS, dibantu Drs. Gatot Utuh Santoso selaku waka kesiswaan dan K. Fathoni Muhson, waka kurikulum,  menerapkan disiplin madrasah. Sejak yayasan menerbitkan AD/ART, aturan dan tata tertib madrasah , MAIS mencoba melopori merealisasikannya, beberapa kegiatan dilaksanakan dan sanksi diterapkan, hal itu dalam rangka mempercepat proses pencapaiaan tujuan pembelajaran yang dicita-citakan pengurus yayasan sunnatunnur yang baru tersebut.
Perubahan signifikan  terjadi pada saat itu, kegiatan ektrakurikuler mulai mendapat perhatian khusus, anak –anak seperti diberi darah segar untuk berkreasi dan beraktivitas, bulletin madrasah “Brismas” terbit mendampingi majalah dinding yang ada. Pengelolaan majalah sekolah yang dipercayakan kepada A. Musta;in, S.Ag yang juga Pembina OSIS saat itu mendapat sambutan positif para siswa MA, Karya terbaik dipublikasikan melalui media cetak (Brismas), sedang lainnya diterbitkan di Mading Al Hikmah. Prestasi akademik juga mulai diraih, rata-rata mapel peserta UNAS (sebutan sebelum UN) selalu menempati 10 besar Kabupaten Tuban.
Prestasi demi prestasi telah diraihnya mendorong MA Islamiyah untuk melengkapi jurusan yang ada, IPS yang selama ini menjadi satu-satunya jurusan yang dipilih dipandang  butuh teman kompetisi, salah satunya harus mendirikan jurusan baru, akhirnya pada Juli 2005, KH. Mawahib  Suyuthi selaku kepala Madrasah mengamanatkan kepada  Pak Jauhari Fahmi, putra KH Fathoni Thohir untuk membantu mendesainnya, berbekal pengalaman di pondok pesantren Darussalam Gontor, Pak Joe, sapaan akrapnya memilih bahasa sebagai jurusan  pendamping jurusan IPS.
Pada awal berdirinya jurusan bahasa diformat istimewa tidak layaknya sebuah jurusan, ia hadir terkesan sebagai sekolah unggulan, matapelajaran dan pengelolaan  diadopsi dari pondok modern Gontor, siswa diasramakan dengan pengajaran full day, percakapan harian menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Perlakuan istimewa tersebut  seperti telah menggeser perhatian terhadap  kakak tertuanya jurusan IPS.
Dua tahun berikutnya dilakukan review terhadap pengelolaan jurusan bahasa, hingga akhirnya dicari jalan tengah, seimbang dalam perhatian dan pengelolaan. Hanya karena didesain untuk menjadi jurusan unggulan, jurusan bahasa dengan matapelajaran tertentu tetap dipertahankan .
Di akhir jabatnnya H. Mawabib, biasa beliau dipanggil, juga mendirikan jurusan IPA, tidak seperti pendirian jurusan bahasa yang cukup fantastik, kelahiran IPA disambut secara sederhana, mungkin karena keterbatasan pengalaman dalam bidang IPTEK  untuk mengelola IPA. Namun kelahirannya tetap menjadi tumpuan MAIS  ke depan lebih dapat bersaing seperti kedua kakak kandungnya IPS dan Bahasa.
Dua periode KH. Mawahib Suyuthi memimpin Aliyah, selanjutnya MA diamanatkan kepada KH. Mudjammik, A. Md. Tepatnya pada tahun 2008
Dengan moto “ selalu ada yang baru dari Aliyah Senori”, administrator yang juga Ketua Tanfidiyah MWC NU Kecamatan Senori ini kembali merekontroksi total managemen Aliyah . Hal itu dilakukan  untuk lebih memantapkan administrasi madrasah secara proporsional. Tertib administrasi adalah cita-cita Pak Djamik, panggilan harian beliau, dengan managemen dan administrasi yang baik perkembangan madrasah akan lebih mudah diraih. Dibantu Faridatul Aliyah, S.Ag sebagai waka kurikulum dan Gus Jauhari Fahmi selaku waka kesiswaan, mereka bahu membahu berusaha mewujudkan MAIS lebih baik dan unggul di bidang akademik.
Keinginan pengurus  yayasan Sunnatunnur bahwa tahun 2009 adalah tahun prestasi ditangkap positif oleh pimpinan MA Islamiyah. Diawali  dengan dipilihnya MA Senori oleh Kemenag Tuban   mewakili kontingen Tuban dalam Porseni MA (Baca: Aksioma) Se-Jatim dalam lomba Fahmil Qura;an dan Cerita Islami, mampu menempatkan  satu wakil MA Senori, Abdul Muiz, sebagai nominator 5 pencerita terbaik se Jatim dalam lomba yang di adakan di kota tahu Kediri tersebut..
Tradisi memborong trofi dalam tiap even Hari Amal Bakti (HAB) depag Tuban sudah dirasakan sejak MAIS dipimpin KH. Mawahib Suyuthi. Pada tiap kali lomba dalam rangka HAB Depag (baca:Kemenag) Kabupaten Tuban. MAIS selalu menunjukkan eksistensinya sebagai Madrasah swasta pengumpul tropy terbanyak , puluhan tropy penghargaan kini dapat disaksikan di ruang kantor MA Islamiyah Senori.
Yang lebih menghebohkan lagi, setelah  harian Jawa Pos melansir hasil peserta UN SMA/MA se Jatim, menempatkan M. Ali Mu’thi asal MA Islamiyah Tuban (baca: Senori) sebagai peraih rata-rata NUN tertinggi se- Jawa Timur untuk jurusan Bahasa, seakan telah mengukuhkan MAIS sebagai sekolah desa yang patut diperhitungkan ditingkat Jawa Timur, terlebih setelah profil M. Ali Mu’thi dtulis di harian Radar Bojonegoro sebagai peraih 3 besar NUN tertinggi se-Jatim. Gayung bersambut Kemenag Tuban akhirnya memberi trofi  penghargaan untuk MA Islamiyah  sebagai sekolah berprestasi yang diserahkan langsung oleh Kandepag Tuban Leksono, M.Pd. saat acara Haflah Akhirussanah yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 2011.

Akreditasi A

Setelah berjalan hampir 29 tahun, MA Islamiyah Senori akhirnya berubah status,dari semula terdaftar, diakui, akretitasi B dan akhirnya berakreditasi A. Melalui Tim Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) 2010, menyatakan MA Islamiyah Senori sejajar dengan sekolah negeri dan layak menyandang akreditasi A. Status tersebut tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi civitas akademika MA Islamiyah Senori, sebab sebuah madrasah desa yang terletak jauh dari pusat Kabupaten Tuban mendapat pengakuan dengan akreditasi yang disejajarkan dengan sekolah-sekolah negeri.
Sejak menyandang status akreditasi A pada 30 Oktober 2010, MA Islamiyah terus berbenah diri. Berbagai kegiatan ilmiah  dan  lomba diikuti yang akhirnya berbuah manis, pada tahun 2011 siswa MA Islamiyah  Aqidatul Izza Zain,  Siti Zahroul Afidah, dan Siti Nur Alfiana Wulandari, masing-masing memperoleh juara 1,2 dan 3 dalam lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan oleh LSM-YBKM Barokah Tuban  bekerjasamad dengan BP Migas Pertamina Mbil Cepu Ltd. Masih pada tahun yang sama melalui panitia lomba karya tulis dan fotografi Ronggolawe Press Solidarity (RPS) Tuban, wakil siswa MA Alfiana wulandari mampu merebut juara 1 karya tulis ilmiah dan  Milatunnafiah sebagai njuara 3 pada lomba fotografi. Pada tahun 2013 melalui lomba Menulis Cerita rakyat Tuban yang diadakan oleh media online Kanalpiknik.com juga menempatkan Darusssalam sebagai penulis cerita  terbaik 1 lomba tersebut.
 Estafet kepemimpinan MA Islamiyah berlanjut ke tangan mantan Waka Kesiswaan, K. Jauhari Fahmi. Alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor ini pada Juli 2012 dipercaya pengurus Yayasan Sunnatunnur untuk melanjutkan kendali menggantikan KH. Mudjammik, A.Md, didampingi  Anis Pujiastutik, S.Pd. sebagai waka kurikulum dan Harlistiningsih, S.Pd. selaku waka kesiswaan, mereka lebih memantapkan MA Islamiyah Senori sebagai MA percontohan di Kabupaten Tuban, meski segara fasilitas sarana masih terdapat keterbatasan, tetapi masalah prestasi akademik tidak bisa diremehkan. Pada Nilai UN tahun akademik 2014/2015 tahun lalu misalnya , 3 besar nilai UN tertinggi program IPS, IPA, BHS dalam lingkungan Kemenag Tuban,  seluruhnya diborong siswa asal  MA Islamiyah Senori mengalahkan MAN Tuban.

SK Menkum-HAM

Terdapat regulasi aturan baru dalam pemerintahan Jokowi, bahwa setiap lembaga formal tak terkecuali lembaga pendidikan harus berbadan hukum dengan pengesahan   Menkum-HAM RI. Kebijakan baru pemerintah tersebut disambut yayasan Madrasah Islamiyah (MIS), Sunnatunnur dengan mengherregestrasikan yayasan Sunnatunnur kepada notaris Pejabat pembuat akta Miqdarurridho, SH Tuban. Akta pendirian yayasan nomor 8 tertanggal 14 Oktober 2014 tersebut akhirnya berbuah keluarnya pengesahan Menkum-HAM RI tanggal 16 Oktober 2014, dengan SK nomor AHU.07700.50.10.2014 yayasan Sunnatunnur telah mendapat pengakuan dan pengesahan oleh pemerintah dalam hal ini menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktur Jenderal Administrai Umum.
Secara struktural yayasan Sunnatunnur berdiri independen, tetapi secara fungsional yayasan Sunnatunnur masih  dalam koordinatif LP Maarif Cabang Tuban.
 Dalam kepemimpinan Kyai Jauhari Fahmi yang lebih akrap dipanggil Pak Joe,  segudang prestasi akademik  telah diraihnya, eksistensi MAIS lebih di mantapkan, banyak prestasi ditorehkan terlebih pada HAB kemenag dan nilai rata-rata UN di Tuban. Tiga tahun Kyai Jauhari Fahmi memegang kendali MAIS, selanjutnya pada tahun 2015 pimpinan MA berlanjut ke tangan A. Musta’in, S.Ag, S.Pd.

Hingga akhir tahun 2015, jumlah siswa MA Islamiyah Senori tercatat 715 siswa yang tersebar di tiga jurusan (IPS, IPA, Bahasa), menempati 3 gedung utama dengan 21 rombel (baca: kelas). memiliki 1 ruang perpustakaan, 1 laboratorium komputer, 1 laboratorium IPA terpadu (fisika, kimia, biologi), 1 laboratorium bahasa, ruang BP, OSIS, UKS, Ruang Kepala, waka, tata usaha, dan 1 ruang guru.  Memiliki 37 tenaga edukatif, 1 kepala madrasah, 4 waka ( Kurikulum, Kesiswaan, Sarpras dan Humas), 3 tenaga tata usaha, 2 pustakawan, 3 tenaga laboratorium (bahasa, IPA, dan computer), 1 satpam, 1 tenaga kebersihan. 85% guru MA Islamiyah Senori berkualifikasi sarjana strata S1, terdapat 3 guru berpendidikan S-2, dan 9 guru berstatus Kyai dengan tingkat linier bidang studi yang diampu seluruhnya mencapai 80%.  (t41n)

 (Waka Humas MA Islamiyah Senori Tuban 2015. Email: masislamiyahsenori@gmail.com)
Copyright © 2012 Fatchul Ahmad Inspiration