Profil:
MA Islamiyah Jatisari Senori
Tuban
Eksistensi
Madrasah Aliyah (MA) Islamiyah Senori yang biasa disingkat MAIS telah mengalami
pasang surut yang cukup dramatis. Berbekal keinginan sebagian besar siswa
tamatan Madrasah Tsanawiyah (MTs) untuk mendapatkan pendidikan lanjutan
mendorong pengurus Madrasah Islamiyah (MIS) pada tahun 1971 mendirikan Madarasah Aliyah.
KH.
Masyhuri selaku Pengurus Madrasah Islaimiyah (MIS) saat itu yang juga pengasuh
Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Senori memberi restu pada para tamatan
MTs untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang Aliyah (baca: MA) . Dengan menempati gedung madrasah yang berada di
selatan masjid jamik Raudotus Sholihin Senori (kini ditempati MTs Banin/Banat)
kali pertama para siswa MA angkatan pertama merasakan pendidikan setingkat
menengah atas (SLTA) para dewan asatidnya juga tidak tanggung-tanggung mereka
adalah para Muassis (pendiri) MIS dan para intelektual muda Senori lainnya.
Namun
sayang, iklim politik yang terjadi pada tahun 1970-an mengakibatkan proses pembelajaran MA
Islamiyah yang terletak di jalan K. Djoned 62 Jatisaeri Senori ini mengalami
stagnan, proses pembelajaran yang seharusnya berjalan normal
terbengkalai akibat siswa maupun guru disibukkan oleh urusan politik praktis
sehingga menimbulkan pro dan kontra di antara mereka yang berdampak pada
berhentinya proses pembelajaran. Selama hampir 10 tahun pembelajaran di MA
Islamiyah Senori akhirnya berhenti total, baru pada 1 Juni 1981 MA Islamiyah jilid II kembali
dirintis secara formal.
Bila
pada pendidikan MA Periode pertama telah mengalami premature tidak
demikian dengan pereode kedua ini, melalui tangan dingin H. In’am Husnan, B.A.
yang ditunjuk pengurus MIS merekontruksi MAIS, merancang MA lebih serius dan
rapi dengan program pembelajaran yang jelas. Meski pelajaran muatan lokal masih
mendominasi pelajaran yang diajarkan di MA, Pak In’am, demikian kepala MA
pertamau biasa disapa, mencoba memasukkan pelajaran-pelajaran kurikulum
pemerintah, hal itu bertujuan agar siswa kelas 3 nantinya dapat mengikuti ujian
persamaan dan mendapatkan ijazah formal dari pemerintah di samping ijazah lokal
yang didapat dari LP. Ma’arif dan pengurus MIS sendiri.
Selanjutnya
tahun 1990 kendali MA beralih ke tangan KH. Abd. Syukur Suyitno, B.A., masa
peralihan ini dimanfaatkan Pak Syukur yang tak lain pengasuh pondok pesantren
Al Hidayah Putri Sendang untuk menata dan melanjutkan program MA sebelumnya lebih transparan, dibantu
tenaga administrator yang berpengalaman, beliau mulai menertibkan administrasi
kantor dan managemen keuangan serta mengaktifkan peran siswa melalui OSIS. Pada
masa itu kali pertama Majalah Dinding (mading) dibuat dan dikelola, mading 2x1
meter yang diberi nama “Al—Hikmah”
diletakkan menempel dinding depan
kantor MA yang kini ruang MTs Banin.
Mading ini, menampung kreasi-kreasi tulis siswa yang diterbitkan dwi mingguan.
Membentuk Yayasan
Pada
tahun 1997 atas inisiatif ketua Pengurus MIS, H. Mas’udi Shodiq,
lembaga pendidikan di bawah naungan pengurus MIS mulai diupayakan berbadan
hukum. Peralihan dari pengurus MIS menjadi yayasan MIS dimaksudkan agar keberadaan lembaga yang selama ini dikelalola
lebih jelas dan legal formal.
Selanjutnya pemberian nama lembaga sempat
menjadi tema rapat yang menarik, berbagai nama sempat disodorkan. Namun
akhirnya disepakati nama “Sunnatunnur” menjadi nama yayasan hingga sekarang.
Nama Sunnatunnur kali pertama diusulkan oleh KH. Fathoni Thohir, beliau adalah
putra KH Thohir Leran Senori yang
merupakan salah satu Kyai dari sekian Kyai pendiri Madrasah Islamiyah Senori,
menurutnya Kecamatan Senori berasal dari
kata “Sunnatunnuri”. Maka “Sunnatunnur” identik dengan nama Senori itu sendiri.
Sejak
itulah tidak terkecuali MAIS berada dalam naungan yayasan baru ”Sunnatunnur”, sebagai pencatat
akte dipercayakan notaris
senior Nurul Yaqin Tuban dengan nomor
regester 52.
Bila pada awal berdirinya MAIS mengikuti Ujian Akhir
Nasional (Unas) di MAN Tuban, tidak demikian pada masa kepemimpinan
KH. Abd. Syukur Suyitno, B.A., sejak tahun 1990, MAIS mulai dapat
menyelenggarakan ujian nasional di gedung sendiri bahkan MA-MA di Kecamata
Singgahan, Bangilan dan Jatirogo turut bergabung di gedung MAIS tersebut, saat itu MAIS dipercaya
Depag (nama sebelum beralih menjadi Kementrian Agama) untuk menjadi
penyelenggara UNAS Tuban Selatan dengan sebutan Rayon Senori.
Hampir 12 tahun KH. Syukur Suyitno, B.A.
memimpin MAIS, selanjutnya pada tahun 2002 pengurus yayasan mengamanatkan
kepada KH. Mawahib Suyuthi untuk mengendalikan
Aliyah, pelan tapi pasti menantu KH. Abdul Ghofur, pengasuh pondok
pesantren Mansya’ul Huda 1 ini melakukan rekontruksi managerial MAIS, dibantu
Drs. Gatot Utuh Santoso selaku waka kesiswaan dan K. Fathoni Muhson, waka
kurikulum, menerapkan disiplin madrasah.
Sejak yayasan menerbitkan AD/ART, aturan dan tata tertib madrasah , MAIS
mencoba melopori merealisasikannya, beberapa kegiatan dilaksanakan dan sanksi
diterapkan, hal itu dalam rangka mempercepat proses pencapaiaan tujuan
pembelajaran yang dicita-citakan pengurus yayasan sunnatunnur yang baru
tersebut.
Perubahan
signifikan terjadi pada saat itu,
kegiatan ektrakurikuler mulai mendapat perhatian khusus, anak –anak seperti
diberi darah segar untuk berkreasi dan beraktivitas, bulletin madrasah
“Brismas” terbit mendampingi majalah dinding yang ada. Pengelolaan majalah
sekolah yang dipercayakan kepada A. Musta;in, S.Ag yang juga Pembina OSIS saat
itu mendapat sambutan positif para siswa MA, Karya terbaik dipublikasikan
melalui media cetak (Brismas), sedang lainnya diterbitkan di Mading Al Hikmah.
Prestasi akademik juga mulai diraih, rata-rata mapel peserta UNAS (sebutan
sebelum UN) selalu menempati 10 besar Kabupaten Tuban.
Prestasi demi
prestasi telah diraihnya mendorong MA Islamiyah untuk melengkapi jurusan yang
ada, IPS yang selama ini menjadi satu-satunya jurusan yang dipilih
dipandang butuh teman kompetisi, salah
satunya harus mendirikan jurusan baru, akhirnya pada Juli 2005, KH. Mawahib Suyuthi selaku kepala Madrasah mengamanatkan
kepada Pak Jauhari Fahmi, putra KH
Fathoni Thohir untuk membantu mendesainnya, berbekal pengalaman di pondok
pesantren Darussalam Gontor, Pak Joe, sapaan akrapnya memilih bahasa sebagai
jurusan pendamping jurusan IPS.
Pada awal berdirinya
jurusan bahasa diformat istimewa tidak layaknya sebuah jurusan, ia hadir
terkesan sebagai sekolah unggulan, matapelajaran dan pengelolaan diadopsi dari pondok modern Gontor, siswa
diasramakan dengan pengajaran full day, percakapan harian menggunakan bahasa
Arab dan Inggris. Perlakuan istimewa tersebut
seperti telah menggeser perhatian terhadap kakak tertuanya jurusan IPS.
Dua tahun berikutnya
dilakukan review terhadap pengelolaan jurusan bahasa, hingga akhirnya dicari
jalan tengah, seimbang dalam perhatian dan pengelolaan. Hanya karena didesain
untuk menjadi jurusan unggulan, jurusan bahasa dengan matapelajaran tertentu
tetap dipertahankan .
Di akhir jabatnnya
H. Mawabib, biasa beliau dipanggil, juga mendirikan jurusan IPA, tidak seperti
pendirian jurusan bahasa yang cukup fantastik, kelahiran IPA disambut secara
sederhana, mungkin karena keterbatasan pengalaman dalam bidang IPTEK untuk mengelola IPA. Namun kelahirannya tetap
menjadi tumpuan MAIS ke depan lebih dapat
bersaing seperti kedua kakak kandungnya IPS dan Bahasa.
Dua periode KH.
Mawahib Suyuthi memimpin Aliyah, selanjutnya MA diamanatkan kepada KH.
Mudjammik, A. Md. Tepatnya pada tahun 2008
Dengan moto “ selalu
ada yang baru dari Aliyah Senori”, administrator yang juga Ketua Tanfidiyah MWC
NU Kecamatan Senori ini kembali merekontroksi total managemen Aliyah . Hal itu
dilakukan untuk lebih memantapkan
administrasi madrasah secara proporsional. Tertib administrasi adalah cita-cita
Pak Djamik, panggilan harian beliau, dengan managemen dan administrasi yang
baik perkembangan madrasah akan lebih mudah diraih. Dibantu Faridatul Aliyah,
S.Ag sebagai waka kurikulum dan Gus Jauhari Fahmi selaku waka kesiswaan, mereka
bahu membahu berusaha mewujudkan MAIS lebih baik dan unggul di bidang akademik.
Keinginan
pengurus yayasan Sunnatunnur bahwa tahun
2009 adalah tahun prestasi ditangkap positif oleh pimpinan MA Islamiyah.
Diawali dengan dipilihnya MA Senori oleh
Kemenag Tuban mewakili kontingen Tuban
dalam Porseni MA (Baca: Aksioma) Se-Jatim dalam lomba Fahmil Qura;an dan Cerita
Islami, mampu menempatkan satu wakil MA
Senori, Abdul Muiz, sebagai nominator 5 pencerita terbaik se Jatim dalam lomba
yang di adakan di kota tahu Kediri tersebut..
Tradisi memborong
trofi dalam tiap even Hari Amal Bakti (HAB) depag Tuban sudah dirasakan
sejak MAIS dipimpin KH. Mawahib Suyuthi. Pada tiap kali lomba dalam rangka HAB
Depag (baca:Kemenag) Kabupaten Tuban. MAIS selalu menunjukkan eksistensinya
sebagai Madrasah swasta pengumpul tropy terbanyak , puluhan tropy penghargaan
kini dapat disaksikan di ruang kantor MA Islamiyah Senori.
Yang lebih
menghebohkan lagi, setelah harian Jawa
Pos melansir hasil peserta UN SMA/MA se Jatim, menempatkan M. Ali Mu’thi asal
MA Islamiyah Tuban (baca: Senori) sebagai peraih rata-rata NUN tertinggi se-
Jawa Timur untuk jurusan Bahasa, seakan telah mengukuhkan MAIS sebagai sekolah
desa yang patut diperhitungkan ditingkat Jawa Timur, terlebih setelah profil M.
Ali Mu’thi dtulis di harian Radar Bojonegoro sebagai peraih 3 besar NUN
tertinggi se-Jatim. Gayung bersambut Kemenag Tuban akhirnya memberi trofi penghargaan untuk MA Islamiyah sebagai sekolah berprestasi yang diserahkan
langsung oleh Kandepag Tuban Leksono, M.Pd. saat acara Haflah Akhirussanah
yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 2011.
Akreditasi A
Setelah berjalan
hampir 29 tahun, MA Islamiyah Senori akhirnya berubah status,dari semula
terdaftar, diakui, akretitasi B dan akhirnya berakreditasi A. Melalui Tim Badan
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) 2010, menyatakan MA Islamiyah
Senori sejajar dengan sekolah negeri dan layak menyandang akreditasi A. Status
tersebut tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi civitas akademika MA
Islamiyah Senori, sebab sebuah madrasah desa yang terletak jauh dari pusat
Kabupaten Tuban mendapat pengakuan dengan akreditasi yang disejajarkan dengan
sekolah-sekolah negeri.
Sejak menyandang
status akreditasi A pada 30 Oktober 2010, MA Islamiyah terus berbenah diri.
Berbagai kegiatan ilmiah dan lomba diikuti yang akhirnya berbuah manis,
pada tahun 2011 siswa MA Islamiyah
Aqidatul Izza Zain, Siti Zahroul
Afidah, dan Siti Nur Alfiana Wulandari, masing-masing memperoleh juara 1,2 dan
3 dalam lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diadakan oleh LSM-YBKM Barokah
Tuban bekerjasamad dengan BP Migas
Pertamina Mbil Cepu Ltd. Masih pada tahun yang sama melalui panitia lomba karya
tulis dan fotografi Ronggolawe Press Solidarity (RPS) Tuban, wakil siswa MA
Alfiana wulandari mampu merebut juara 1 karya tulis ilmiah dan Milatunnafiah sebagai njuara 3 pada lomba
fotografi. Pada tahun 2013 melalui lomba Menulis Cerita rakyat Tuban yang
diadakan oleh media online Kanalpiknik.com juga menempatkan Darusssalam sebagai
penulis cerita terbaik 1 lomba tersebut.
Estafet kepemimpinan MA Islamiyah berlanjut ke
tangan mantan Waka Kesiswaan, K. Jauhari Fahmi. Alumnus Pondok Modern
Darussalam Gontor ini pada Juli 2012 dipercaya pengurus Yayasan Sunnatunnur
untuk melanjutkan kendali menggantikan KH. Mudjammik, A.Md, didampingi Anis Pujiastutik, S.Pd. sebagai waka
kurikulum dan Harlistiningsih, S.Pd. selaku waka kesiswaan, mereka lebih
memantapkan MA Islamiyah Senori sebagai MA percontohan di Kabupaten Tuban,
meski segara fasilitas sarana masih terdapat keterbatasan, tetapi masalah
prestasi akademik tidak bisa diremehkan. Pada Nilai UN tahun akademik 2014/2015
tahun lalu misalnya , 3 besar nilai UN tertinggi program IPS, IPA, BHS dalam
lingkungan Kemenag Tuban, seluruhnya
diborong siswa asal MA Islamiyah Senori
mengalahkan MAN Tuban.
SK Menkum-HAM
Terdapat regulasi
aturan baru dalam pemerintahan Jokowi, bahwa setiap lembaga formal tak
terkecuali lembaga pendidikan harus berbadan hukum dengan pengesahan Menkum-HAM RI. Kebijakan baru pemerintah
tersebut disambut yayasan Madrasah Islamiyah (MIS), Sunnatunnur dengan
mengherregestrasikan yayasan Sunnatunnur kepada notaris Pejabat pembuat akta
Miqdarurridho, SH Tuban. Akta pendirian yayasan nomor 8 tertanggal 14 Oktober
2014 tersebut akhirnya berbuah keluarnya pengesahan Menkum-HAM RI tanggal 16
Oktober 2014, dengan SK nomor AHU.07700.50.10.2014 yayasan Sunnatunnur telah
mendapat pengakuan dan pengesahan oleh pemerintah dalam hal ini menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktur Jenderal Administrai Umum.
Secara struktural
yayasan Sunnatunnur berdiri independen, tetapi secara fungsional yayasan
Sunnatunnur masih dalam koordinatif LP
Maarif Cabang Tuban.
Dalam kepemimpinan Kyai Jauhari Fahmi yang
lebih akrap dipanggil Pak Joe, segudang
prestasi akademik telah diraihnya,
eksistensi MAIS lebih di mantapkan, banyak prestasi ditorehkan terlebih pada
HAB kemenag dan nilai rata-rata UN di Tuban. Tiga tahun Kyai Jauhari Fahmi
memegang kendali MAIS, selanjutnya pada tahun 2015 pimpinan MA berlanjut ke
tangan A. Musta’in, S.Ag, S.Pd.
Hingga akhir tahun
2015, jumlah siswa MA Islamiyah Senori tercatat 715 siswa yang tersebar di tiga
jurusan (IPS, IPA, Bahasa), menempati 3 gedung utama dengan 21 rombel (baca:
kelas). memiliki 1 ruang perpustakaan, 1 laboratorium komputer, 1 laboratorium
IPA terpadu (fisika, kimia, biologi), 1 laboratorium bahasa, ruang BP, OSIS,
UKS, Ruang Kepala, waka, tata usaha, dan 1 ruang guru. Memiliki 37 tenaga edukatif, 1 kepala
madrasah, 4 waka ( Kurikulum, Kesiswaan, Sarpras dan Humas), 3 tenaga tata
usaha, 2 pustakawan, 3 tenaga laboratorium (bahasa, IPA, dan computer), 1
satpam, 1 tenaga kebersihan. 85% guru MA Islamiyah Senori berkualifikasi
sarjana strata S1, terdapat 3 guru berpendidikan S-2, dan 9 guru berstatus Kyai
dengan tingkat linier bidang studi yang diampu seluruhnya mencapai 80%. (t41n)
(Waka
Humas MA Islamiyah Senori Tuban 2015. Email: masislamiyahsenori@gmail.com)